Postingan

Menampilkan postingan dari Juli, 2024

La Uttang Petta Palisoe Arung Tonra

Gambar
Lauttang Petta Palisoe, adalah arung tonra setelah La Simpala, Beliau di lantik menjadi Arung Tonra di akhir era pemerintahan Puatta We Tenriawaru Pancaitana Besse Kajuara.  Ketika La Simpala meninggalkan akkarungengnge di tonra akibat pertikain di daerah sengkang, terjadi kekosongan akkarungengnge di Tonra sehingga Petta Palisoe di dapuk untuk menggantikannya.  La Uttang Petta Palisoe adalah anak dari La Masulili Petta Pagiling Arung Ujung dengan perkawinan dengan sepupunya I Cella Tonra, dan I Cella Tonra adalah anak dari La Mappesabbi Datu Ulaweng.  Nasab dari La Uttang bersambung dengan La Patau Matanna Tikka Matinroe ri Nagaulung raja Bone ke 16 (1696 - 1714) melalui buyutnya I Lacce Arung Gona, sebagaimana yang terdapat dalam Lontara Attoriolong dan berbagai stamboon bahwa I Lacce Arung Gona mempunyai isteri I Balele Daeng Maretti Datu Ulaweng yang merupakan anak dari La Temmasonge to Appewaling Raja Bone ke 22 dengan isterinya Safia Arung Letta Tanah.  La Temmasonge

La Mappa Karaeng Rappocini Arung Tonra

Gambar
La Mappa Karaeng Rappocini Arung Tonra, adalah Raja di daerah Tonra, sebuah daerah di Kabupaten Bone, tepatnya di bagian Bone Selatan.  La Mappa Arung Tonra Karaeng Rappocini dalam Perang Makassar berpihak kepada Kerajaan Gowa, dan turut bertempur bersama pasukan Gowa ketika terjadi perang Makassar, perang antara Kerajaan Gowa Melawan Kerajaan Bone dengan sekutunya Belanda.  Diceritakan dalam sejarah bahwa Kerajaan Gowa mampu dikalahkan oleh kerajaan Bone dengan bantuan Belanda, sehingga terjadilah perjanjian Bungaya dan perjanjian ini sangat merugikan Kerajaan Gowa. Para pembesar Kerajaan Gowa tidak menerima isi perjanjian tersebut sehingga banyak meninggalkan Kerajaan Gowa dan melanjutkan medan pertempuran dengan Belanda di Tanah Jawa.  Perjuangan Karaeng Galesong dan kawan kawan berlanjut ke tanah Jawa. Karaeng Galesong melakukan ekspedisi ke Pulau Jawa untuk membantu perjuangan Sultan Ageng Tirtayasa (Sultan Banten) dan Raden Trunojoyo (Panembahan Maduretno) dalam memer