Arung Tonra
Dengan dorongan cinta yg besar Ken Arok berhasil membunuh Tunggul Ametung dan memperisterikan Ken Dedes dan sekaligus mengambil alih tahta Kerajaan Kediri dan merubahnya menjadi Kerajaan Singasari.
Dalam sejarah selanjutnya Ken Arok berhasil dibunuh oleh Anusapati yg merupakan anak dari Tunggul Ametung dan Anusapati sendiri dibunuh oleh Tohjaya anak daripada Ken Arok. Pertikaiaan ini terus berlanjut sampai Raden Wijaya mendirikan Kerajaan Majapahit. Dan Konon kabarnya semua raja raja meninggal itu dengan satu senjata yaitu Keris Empu Gandring.
Bagaimana dengan kekuasaan Arung Tonra?
Kalau kita mencoba meneliti sejarah dan lontara khususnya lontara attoriolong ri bone, cerita tentang Tonra baru di jaman Latemmasonge To Appaweling Arung Baringeng Raja Bone ke 22 (1749 – 1775), sebelumnya itu tidak ada dalam lontara attoriolong ri Bone. Malah cerita tentang Tonra ada dalam sejarah Kerajaan Gona dan Kerajaan Gowa.
Cerita tentang Kekuasaan Arung Tonra kita awali dengan Daerah kekuasaan Kerajaan Bone. Dalam lontara ada istilah Attang Salo dan Awang Salo, Kekuasaan Kerajaan Bone ke arah selatan diawali dengan penguasaan daerah daerah awang salo sedangkan daerah Attang Salo tidak dalam kekuasaan Kerajaan Bone. Daerah Awang Salo mulai dari Watampone ke arah selatan sampai daerah Mare berada dalam kekuasaan Raja Bone. Makannya dalam lontara Arung Cina dan Arung Mare banyak disebut.
Sedangkan daerah Awang Salo umumnya dikuasai oleh Rumpun Kerajaan Gona, dan tonra sendiri bagian dari rumpun kerajaan Gona. Rumpun kerajaan Gona terdiri dari Arung Bulu, Arung Galung, arung gareccing, Arung Ujung, Pancaitana dan kajuara. Ini dibuktikan klu kita teliti nasab dari arung tonra, ujung, galung, salomekko dan kajuara semua berasal dari turunan Arung Gona.
Daerah Attang Salo berhasil ditaklukkan oleh Kerajaan Bone melalui politik perkawinan. Arung Gona yang disapa Pabbukkajué, dialah yang menikah di Boné memperistri Puwatta’ Matinroé ri Tippulué Batari Toja Akan tetapi, perkawinan beliau tidak membuahkan anak.
Secara geopolitik penaklukan kerajaan Bone ke daerah attang salo, dengan penaklukan Gona dan Tonra, Tonra di sisi paling utara berbatasan dengan Mare dan Gona disisi paling selatan. Dengan masuknya Gona dan Tonra maka wilayah wilayah attang salo berhasil ditaklukan secara keseluruhan.
Cerita tentang Tonra berawal dari La Uttang Arung Tonra mengawini We Hamidah yg merupakan anak dari Latemmasonge To Appaweling Arung Baringeng Raja Bone ke 22 (1749 – 1775). IBU dari We Hamidah adalah We Mommo Sitti Aisah dari Sengkang, anak dari Maulana Muhammad dengan isterinya Datu Rappang. We Hamidah cucu langsung dari syekh yusuf al makassari dan Raja Banten.
Lannaco awang tangka punya anak Lamassulili petta pagiling arung Ujung kemudian punya anak Lauttang Petta Palisoe arung tonra kemudian punya anak Malukka petta lura arung Bulu kemudian punya anak Andi Palantei Petta Teppo Arung Tonra.
Perkawinan La Uttang dengan We Hamidah tidak bertahan, kemudian We Hamidah menikah dengan La Mapapenning to apaimeng petta ponggawae kemudian melahirkan anak La Tenri Tappu to Appaliweng Raja Bone ke 23.
Ketika La Tenri Tappu naik tahta menggantikan La Temmasonge taoppawalie sebagai raja bone ke 23 serta merta mengganti La uttang sebagai arung tonra, kemudian menunjuk anaknya La Patuppu Batu sebagai Arung Tonra. LA Patuppu Batu ini yg senantiasa mendampingi saudaranya I Manneng Arung Data dalam bernegosiasi dengan berbagai kerajaan sekutu kerajaan Bone, kemudian Arung Data menjadi Raja Bone ke 25 menggantikan saudaranya Lamapasesu taopatunru Raja Bone ke 24. Cerita ini memberikan kita kesimpulan bahwa kedudukan Tonra sangat strategis dalam penaklukan wilayah wilayah attang salo, dengan pengangkatan Lapatuppu Batu sebagai Arung Tonra sebagai orang disegani dan berpengaruh selain daripada Arung Data.
Kemudian La Patuppu Batu dengan perkawinan We Rana Arung Singkang mempunyai anak La Simpala yang menggantikan sebagai Arung Tonra. Ketika terjadi pertikaian di daerah sengkang, La Simpala turut aktif terlibat di dalamnya karena memang beliau dari jalur ibunya adalah turunan dari Arung Singkang.
Ketika La Simpala meninggalkan akkarungeng’nge ri tonra, La Uttang Petta Palisoe mengambil alih kekuasaan arung tonra yang memang merupakan warisan dari kakeknya arung Gona sehingga di kenallah beliau sebagai petta palisoe.
La uttang arung tonra adalah salah satu panglima yang mendampingi Besse Kajuara dalam pertikaiannya dengan Belanda. Diceritakan Belanda mengultimatum Kerajaan Bone, Besse Kajuarapun menanggapinya dengan persiapan. Raja memerintahkan para Panglimanya bersiap mengahadapi hal terburuk yang mungkin terjadi. Kapal-kapal perang Belanda telah mendekati pantai, dan kita harus siap melawannya, kata Raja dengan tegas
Usul La Cebbu Datu Sawitto untuk membagi semua Pangeran keturunan PanjungngE ri Luwu ke dalam lima kelompok utama disetujui Raja. Kelompok I akan bertugas sebagai satuan tempur penyangga yang akan menggempur pendaratan pertama pasukan Belanda.
Satuan tempur pertama ditunjuk Opu Maraguni sebagai panglimanya. Kelompok II dan III, bertugas melindungi sisi kiri dan kanan kelompok I masing-masing dengan Panglimanya La Sulung Daeng Pabeta Sulewatang Macege, dan I Lisu Sulewatang Ponceng. Kelompok IV bertugas sebagai perisai bagi kelompok I apabila terjadi hal-hal yang luar biasa yang mengharuskan kelompok I bergerak mundur. Satuan tempur perisai ini ditunjuk La Utang Arung Tonra sebagai panglimanya. Kelompok V adalah satuan tempur cadangan, yang siap dengan gerak cepat memberikan bantuan kepada satuan-satuan tempur yang membutuhkan.
Kejadian ini membuat La Uttang meninggalkan tonra menuju ke daerah maros, kemudian di berikan tanah oleh raja gowa. Anak La Uttang sendiri yaitu Malukka Petta Lura menjadi Arung Bulu
Kemudian pasca Rumpana Bone dengan ditangkapnya Lapawawoi karaeng sigeri oleh belanda, Raja Bone digantikan oleh La Mappanyukki. Kemudian Andi Palantei petta teppo di lantik menjadi arung tonra, dengan dukungan belanda dan puatta petta mammpanyukki, andi palantei menyatukan arung tonra dengan arung bulu dengan arung Ujung yang semuanya adalah warisan dari kakeknya. Dimana bapaknya arung bulu, kakeknya arung Tonra dan Buyutnya Arung Ujung, kemudian arung gareccing menyatakan diri bagian dari arung tonra.
Pada era kekuasaan La Pabenteng, Andi Palantei di lengserkan dan diganti oleh Andi Massakirang Petta Lawa. Andi Palantei di ganti ketika Berangkat ke tanah suci menunaikan ibadah haji. Pergantian ini di dukung oleh Kelompok Libureng, dimana Kelompok Libureng ini pendukung utama Andi Palantei Petta Teppo ketika meraih kekuasaanya menjadi Arung Tonra.
Kekuasaan Petta Lawa sangat singkat, Petta Ile menantu dari Andi Palantei bersama pasukannya dari Lappariaja datang melengserkan Petta Lawa.
Akkarungeng di tonra dipenuhi dengan konflik dari awal sampai akhir, Kelompok Lauttang dengan Raja Bone.
............
Salah satu tokoh arung tonra yg terkenal yaitu La Mappa Karaeng Rappocini Arung Tonra, beliau salah satu panglima perang kerajaan gowa, beliau yang mendampingi I Fatimah Daeng Takontu (Puteri Sultan Hasanuddin) berjuang melawan belanda waktu terjadi perang makassar kemudian hijrah ke banten ketika terjadi perjanjian bungaya.
La Mappa arung tonra mendampingi I Fatimah Daeng Takontu kemudian hijrah ke mempawah dan di kubur di sana.
Para ahli sejarah mencoba menarik benang merah tentang kehadiran La Mappa Arung Tonra, boleh jadi Tonra di masa lalu masuk ke dalam kekuasaan Raja Gowa. Kehadiran tokoh La Mappa Arung Tonra berada di kurun waktu kekuasaan Aru palakka sampai La Patau dan memang pada saat itu Tonra tidak berada di kekuasaan kerajaan bone.
Apakah keberadaan La Mappa arung tonra itu ada kaitannya dengan la patau adik arung palakka yg menikah nya dgn orang makassar? Krn kenapa bisa jadi arung di tonra kalau tidak ada darah bone nya ? Kalau arung palakka menurut sejarah kan tdk punya anak... Bahkan ada versi sejarah yg lain jg mengatakan kalau Sultan Hasanuddin jg tdk punya anak makanya adik arung palakka ya ini la patau justru dinikahkan dengan kemanakan Sultan Hasanuddin?
BalasHapusLa Mappa orang bone, ya jadi pertanyaan, kenapa beliau berpihak ke gowa dalam perang makassar
BalasHapus