Postingan

Menampilkan postingan dari November, 2024

Kerajaan Bone Penaklukan Wilayah Selatan

Gambar
Dalam lontara akkarungeng ri Bone dikatakan bahwa penaklukan bone ke arah selatan atau dalam bahasa lontaranya penaklukan daerah daerah attang salo, di awali dengan penaklukan Tonra dan Gona, tonra di daerah utara dan Gona di daerah selatan. Penaklukan itu dengan siasat perkawinan, yaitu Pabbukajue Arung Gona menikah dengan Batari Toja matindroe di Tipulu dan La Uttang Arung Tonra menikah dengan We Hamidah anak dari La Temmasonge raja bone ke 22. Dengan penaklukan ini seluruh daerah attang salo dapat dikuasai kerajaan bone seperti arung galung, arung ujung, arung tonra, arung gareccing, arung bulu tanah, arung kajuara, pancaitana dan arung Gona. Dan Gona sendiri sebagai daerah assiajingeng, yaitu daerah taklukan karena kekerabatan. Berita dari lontara ini mengkonfirmasi bahwa kenapa tokoh besar dalam perang makassar yaitu La Mappa Karaeng Rappocini Arung Tonra  berpihak kepada Kerajaan Gowa? Ya karena di periode ini Tonra belum masuk dalam wilayah Kerajaan Bone. La Mappa Ka

La Patuppu Batu ke La Simpala

Gambar
Dalam Lontaraq Akkarungeng ri Bone disebutkan bahwa La Tenri Tappu To Appaliweng kawin dengan sepupu satu kalinya yang bernama We Padauleng untuk dijadikan sebagai Arung Makkunrai (permaisuri) di Bone. We Padauleng adalah anak dari La Baloso, saudara ibunya dengan isterinya We Tenriawaru Arung Lempang. Dari We Padauleng, La Tenri Tappu mendapatkan 13 anak, yaitu La Mappasessu To Appatunru, We Manneng Arung Data, Batara Tungke Arung Timurung, La Pawawoi Arung Sumaling, dan La Mappaseling Arung Panyiili.  Berikutnya adalah La Tenri Sukki Arung Kajuara, We Kalaru Arung Pallengoreng, Mamuncaragi, La Tenri Bali Arung Ta’, La Mappawewang Arung Lompu Anre Guru Anakarung Bone, La Paremma’ Rukka Arung Karella, La Temmu Page Arung Paroto Ponggawa Bone MatinroE ri Alau Appasareng, dan La Pattuppu Batu Arung Tonra. Dari sini dapat di simpulkan bahwa sesudah La Uttang menjadi Arung Tonra selanjutnya adalah Lapatuppu Batu menjadi Arung Tonra. La Patuppu Batu di lantik menjadi Arung Tonra

Petta Palisoe Arung Tonra Panglima Dari Selatan

Gambar
Perang terbuka antara Kerajaan Bone dengan Belanda terjadi pada tahun 1859, Kerajaan Bone di pimpin oleh We Tenriawaru Pancaitana Besse Kajuara Raja Bone ke 28. Salah satu tokoh dari selatan yang senantiasa mendampingi Puatta Besse Kajuara adalah La Uttang Petta Palisoe. Bersama dengan Opu Maraguni, La Sulung Daeng Pabeta Sulewatang Macege dan I Lisu Sulewatang Ponceng diangkat menjadi panglima pasukan. La Uttang Petta Palisoe bersama pasukan kerajaan bone terus mengadakan perlawanan sampai akhirnya Puatta Besse Kajuara meninggalkan Bone menuju ke Pasempe daerah perbatasan Wajo dengan Luwu. We Tenriawaru Besse Kajuara sedikit bermasalah dengan Singkerru Rukka kemenakannya, karena Besse Kajuara beranggapan bahwa kemenakannya mau mengambil alih tahta Kerajaan Bone. Konflik ini berimplikasi kepada suksesi kepemimpinan di Tonra. La Uttang Petta Palisoe diangkat menjadi Arung Tonra pada masa We Tenriawaru Besse Kajuara setelah kepemimpinan di tonra lowong karena La Simpala Menin

Kiprah La Palantei Daeng Mateppo pada Rumpana Bone

Gambar
Pada tahun 1905, pasukan belanda menginvasi kerajaan bone, kerajaan bone di pimpin oleh Puatta  La Pawawoi Karaeng Segeri dengan panglima perangnya (Petta Ponggawae) adalah Abdul Hamid Baso Pagiling. Seluruh kekuatan belanda di kerahkan dan rencana akan menyerang dari arah bajoe dan untuk daerah selatan, Belanda akan mendarat di pantai Bonelampe Tonra. Puatta La Pawawoi Karaeng Sigeri mengerahkan hampir seluruh kekuatan pasukan ke Pantai Bajoe, untuk menghambat pendaratan pasukan Belanda. Untuk wilayah selatan karena pendaratan pasukan belanda di wilayah tonra maka La Pawawoi Karaeng Sigeri menugaskan La Palantei untuk menahan pasukan belanda dari daerah selatan. Andi Palantei dengan pasukannya kemudian bergerak ke Tonra dan mempersiapkan benteng yaitu Benteng Kaccope dan Benteng Taulu di sebuah gunung di pinggir pantai Bone Lampe. Perangpun pecah, Pasukan belanda dengan segala perlengkapan perangnya mampu mendarat dengan mulus di pantai bajoe, setelah memporak porandakan p

La Patuppu Batu bin La Tenri Tappu Arung Tonra

Gambar
Kisah La Patuppu Batu Arung Tonra  tidak bisa lepas dari kiprah We Maningratu Arung Data. Diceritakan dalam sejarah bahwa we Maningratu Arung Data adalah seorang negosiator ulung dan ketika sedang bernegosiasi senantiasa di dampingi oleh adiknya La Lapatuppu Batu. La Patuppu Batu di tugasi untuk menjaga daerah selatan dari dominasi keturunan Arung Gona yg umumnya menguasai daerah arung bagian selatan Kerajaan Bone , sehingga Beliau di angkat menjadi Arung Tonra menggantikan La Uttang Arung Tonra. Dalam Sure' Bilang La Tenri Tappu To Appaliweng tersebut diketahui, bahwa We Manningratu Arung Data lahir pada tanggal 14 oktober 1776, seperti bunyi catatan: "14 Oktober 1776, purai 10 garagataE najaji ana'na, Puanna Batara Tungke, Makkunrai ana'na, Alhamdulillah" artinya, 14 oktober 1776, sesudah pukul 10 malam lahir anak Sang Raja Bone, Puanna Batara Tungke anaknya perempuan, alhamdulillah. Kata "Puanna" yang berarti "Tuannya" menandakan

La Muhammad bin La Singkerru Rukka Arung Tonra

Gambar
LA MUHAMMAD ARUNG TONRA Dalam peristiwa RumpaNa Bone, ada beberapa tokoh dari daerah selatan Bone yg secara heroik aktif dalam perjuangan ketika Kompeni Belanda menyerang Kerajaan Bone diantaranya 1). La Muhammad Arung Tonra, 2). La Palantei 3). La Temmu Page Arung Labuaja. La Muhammad adalah anak dari Singkerru Ruka, saudara dari La Pawawoi Karaeng Sigeri Raja Bone. Beliau menjabat sebagai Arung Tonra ketika peristiwa RumpaNa Bone terjadi. La Muhammad menjadi arung tonra menggantikan La Uttang Petta Palisoe. Sebagaimana yg diriwayatkan dalam sejarah bahwa terjadi perselisihan antara We Tenriawaru Pancaitana Besse Kajuara Raja Bone ke 26 dengan kemenakannya La Singkerru Rukka raja bone ke 27. Besse Kajuara beranggapan bahwa La Singkerru Rukka ingin mengambil alih kekuasaan Raja Bone dari tangannya dan  ketika terjadi perang dengan Belanda La Singkerru Rukka tidak memberikan dukungan yg semestinya. Perseteruan ini berimplikasi kepada suksesi kepemimpinan di Tonra, Petta Pali

La Malukka Daeng Mallura Arung Bulu

Gambar
La Malukka Daeng Mallura Arung Bulu Menurut AnreGurutta AR Petta Gessa, Tonra ada beberapa akkarungeng yaitu arung tonra wilayahnya desa Samaenre sampai libureng, arung galung wilayahnya mungkin daerah Rappa, arung Bulu wilayahnya daerah bulu bulu, arung gareccing, arung ujung daerah ujungnge dan sekitarnya, arung paccing wilayahnya paccing. La Malukka adalah anak dari La Uttang Petta Palisoe dengan isteri Becce Tau Deceng, bapak dari La Palantei Petta Teppo Arung Tonra. Setelah pelengseran Petta Palisoe oleh La Pawawoi Karaeng Sigeri dan digantikan oleh La Muhammad, situasi daerah Tonra dan sekitarnya menjadi kacau, anak dari Petta Palisoe tdk menerima pelengseran tersebut. Berdasarkan cerita orang tua secara turun temurun, La Malukka dengan orang orangnya membuat kekacauan di daerah Bulu Masalle, setiap orang yang melintasi daerah tersebut akan di hadang, kemudian Petta Palisoe melakukan hal yang sama di daerah Maros. Kekacauan ini membuat Puatta La Pawawoi Karaeng Sigeri

La Uttang bin I Lacce Arung Tonra

Gambar
La Uttang Arung Tonra Dalam Lontara Akkarungeng ri Bone pada Bab LA TEMMASSONGE TO APPAWELING ARUNG BARINGENG SULTAN ABDUL RAZAK JALALUDDIN dikatakan bahwa La temmasonge menikah dengan We Kasse Sitti Sapiya Besse Timurung Arung Jampu (anak Arung Letta), lahirlah : We Balele Daeng Maretti Datu Ulaweng, kemudian kawin dengan I Lacce Arung Gona (anak Ukka Daeng PabbukkajuE Datu Ulaweng dengan I Juddiri Pallampa Karaeng Gantarang), lahirlah : La Mappesabbi Datu Ulaweng, La Naco Arung Bulu Tana Dulung Awang Tangka, La Mallaraeng Datu Sailong,  La Mappammamirig Arg Gona, La Tippe Arung Gona, I Yubba Datu Ulaweng, La Otte Petta Namasei Buaja. Kemudian I Lacce menikah dengan I Yubba Daeng Maretti melahirkan : La Hampang daeng paware Arung Labuaja, La Uttang Arung Tonra dan La Page Arung Lagusi Kemudian La Temmasonge kemudian menikah We Mommo Sitti Aisyah kemudian melahirkan We Hamidah Daeng Mattammeng Petta MatowaE Arung Lapanning Karaeng Takalara, dan We Hamidah kawin dengan : 1.