Petta Palisoe Arung Tonra Panglima Dari Selatan
Perang terbuka antara Kerajaan Bone dengan Belanda terjadi pada tahun 1859, Kerajaan Bone di pimpin oleh We Tenriawaru Pancaitana Besse Kajuara Raja Bone ke 28.
Salah satu tokoh dari selatan yang senantiasa mendampingi Puatta Besse Kajuara adalah La Uttang Petta Palisoe. Bersama dengan Opu Maraguni, La Sulung Daeng Pabeta Sulewatang Macege dan I Lisu Sulewatang Ponceng diangkat menjadi panglima pasukan.
La Uttang Petta Palisoe bersama pasukan kerajaan bone terus mengadakan perlawanan sampai akhirnya Puatta Besse Kajuara meninggalkan Bone menuju ke Pasempe daerah perbatasan Wajo dengan Luwu.
We Tenriawaru Besse Kajuara sedikit bermasalah dengan Singkerru Rukka kemenakannya, karena Besse Kajuara beranggapan bahwa kemenakannya mau mengambil alih tahta Kerajaan Bone. Konflik ini berimplikasi kepada suksesi kepemimpinan di Tonra.
La Uttang Petta Palisoe diangkat menjadi Arung Tonra pada masa We Tenriawaru Besse Kajuara setelah kepemimpinan di tonra lowong karena La Simpala Meninggalkan Bone menuju Gorantalo imbas konflik yg terjadi di daerah Wajo.
La Uttang Petta Palisoe adalah anak dari La Masulili Petta Pagiling Arung Ujung dengan perkawinan dengan sepupunya Cella Tonra binti La Mappesabbi Datu Ulaweng. La Masulili Petta Pagiling adalah anak dari I Lannaco Arung Bulu Tanah Dulung Awang Tangka. Kemudian I Lannaco adalah anak dari I Lacce Arung Gona dengan isterinya We Balele Daeng Maretti Datu Sailong PawelaiyyE ri Duninna Datu Ulaweng dan We Balele Daeng Maretti Datu Ulaweng adalan Anak dari La Temmasonge dari isterinya Safia Arung Letta Tanah.
Sepeninggal We Tenriawaru, Singkerru Rukka diangkat menjadi Raja Bone selanjutnya.
La Uttang Petta Palisoe kemudian di lengserkan dari akkarungeng di tonra dan mengangkat La Muhammad menjadi Arung di Tonra, kejadian ini pada masa kepemimpinan La Pawawoi Karaeng Sigeri.
La Muhammad adalah anak dari La Singkerru Rukka, saudara dari La Pawawoi Karaeng Sigeri.
Komentar
Posting Komentar