Makkanreguru

Makkanreguru secara bahasa dapat diartikan sebagai belajar mengenal kebenaran, secara istilah adalah perjalanan seorang hamba menuju pada pengenalan kepada tuhan. Dalam bahasa tasawuf bisa diartikan tarekat atau  jalan yang ditempuh atau ditapaki untuk mencari pengetahuan dan beribadah kepada Tuhan.

Point pertama dari Makkanreguru adalah menemukan guru tempat menimba ilmu, dalam kosmologi bugis diilustrasikan sebagai sumur, dan seorang penuntut ilmu di sebut sebagai timba. Timba akan mencari sumur dan bukan sebaliknya.

Seorang penuntut ilmu tegak di atas adab adab dan adab pertama adalah kerendahan hati terhadap guru, kemudian ketekunan dan pantang menyerah. Ilmu itu didapat dengan perlahan, tidak terburu buru dan keberkahan ilmu bersama dengan sesuatu yang didapat secara perlahan.

Az-Zuhri -rahimahullah- berkata,

«الْعِلْمُ وَادٍ؛ فَإِنْ هَبَطْتَ وَادِيًا فَعَلَيْكَ بِالتُّؤَدَةِ حَتَّى تَخْرُجَ مِنْهُ، فَإِنَّكَ لَا تَقْطَعُ حَتَّى يَقْطَعَ بِكَ»

"Ilmu adalah lembah. Jika anda menuruni lembah, maka anda harus berjalan perlahan sampai keluar darinya. Karena anda tidak bisa menempuhnya sehingga melewatinya."

Beliau juga berkata :

«إِنَّ هَذَا الْعِلْمَ إِنْ أَخَذْتَهُ بِالْمُكَاثَرَةِ غَلَبَكَ وَلَمْ تَظْفَرْ مِنْهُ بِشَيْءٍ، وَلَكِنْ خُذْهُ مَعَ الْأَيَّامِ وَاللَّيَالِي أَخْذًا رَفِيقًا تَظْفَرْ بِهِ»

"Sungguh, jika anda mengambil ilmu ini dengan jumlah yang banyak, maka anda akan kalah dan tidak mendapatkan apa-apa. Tetapi ambilah bersama berjalannya siang dan malam secara halus (perlahan lahan) , maka anda akan mendapatkannya." (Al Hilyah, Abu Nu'aim 3/362-364)

Oleh karena ilmu tidaklah diambil secara sekaligus, tetapi bertahap dan prioritaskan ilmu yang paling penting diantara ilmu yang penting.

Zaid bin Habbab berkata bahwa ia pernah mendengar Sufyan Ats-Tsauri rahimahullah dan ketika itu ada orang tua yang menanyakan kepadanya sebuah Hadis, tapi ia tidak menjawabnya. Orang tua itu kemudian duduk sambil menangis. Sufyan mendatanginya dan berkata, "Hai pak tua, anda menginginkan agar apa yang aku ambil dalam tempo 40 tahun bisa anda ambil dalam tempo satu hari?" (Al Hilyah, Abu Nu'aim 6/365)

Abu Khulaid berkata bahwa ia pernah tinggal di tempat Imam Malik dan membaca kitab Al-Muwaththa' dalam tempo empat hari. Lalu Imam Malik berkata, "Ilmu yang dikumpulkan oleh seorang Syaikh dalam tempo 60 tahun akan anda ambil dalam tempo empat hari? Anda tidak akan pernah menjadi faqih (ulama)." (Al Hilyah, Abu Nu'aim 6/231)


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Arung Tonra

Kematian

La Mappa Karaeng Rappocini Arung Tonra