Sulapa

Pada setiap kebudayaan mengenal kosmologi ruang yang mencerminkan suatu pandangan dunia. Misalnya, orang Aceh mengekspresikan pandagan dunianya dalam konsep “Aceh Lhee Sago” (Aceh Tiiga Segi). Sedangkan kosmologi orang Bugis–Makassar dapat ditelusuri pada konsep Sulapa Appa’.

Simbol “Sulapa Appa” dalam tulisan Lontara Makassa dibaca sebagai huruf “SA”, bermakna seua, yang berarti “tunggal” atau “esa”. 
Aksara lontara ini berpangkal pada pandangan mitologis orang Bugis-Makassar, yang mengandaikan alam semesta ini adalah Sulapa Appa’ Walasuji (“segi empat belah ketupat”). Huruf “SA” juga melambangkan “empat unsur alam” yang menjadi sifat manusia, yakni angin, air, api, dan tanah. Ke empat unsur alam ini bertalian dengan warna, yaitu kuning, putih, merah dan hitam. Lebih jauh, simbol “sa” di atas melambangkan “empat sisi tubuh manusia”. Paling atas adalah kepala, sisi kiri dan kanan adalah kedua tangan, dan paling bawah adalah kaki. Orang bugis-makassar juga  melihat appaka sulapa dalam segi Pengetahuan Agama Islam  yaitu Syariat, Tarekat, Hakikat, Ma’rifat. mengidealisasikan manusia sulapa appa’, manusia yang menjaga prinisp kesetimbangan atas-bawah (keadilan), kiri-kanan (kesetaraan). Dengan alam, manusia sulapa appa’ mengemban tanggung jawab untuk merawat kearifan lokal, keselarasan dalam tata kelolanya serta hubungan manusia dan sang pencipta Allah SWT.


Jika orang yang memahami adat maka dia akan mengerti akan makna di balik kalimat ini ” Punna ero’ko ampabajiki tallasa’nu ri lino, isseng baji’ laloi nikanaya appaka sulapa” (jika engkau ingin kebaikan di hidupmu kenalilah dengan baik appaka sulapa’).

Dalam konteks Sulapa tersebut, berikut dialog seorang Wali dengan gurunya tentang sulapa untuk memberikan gambaran pengertian sulapa dalam tinjauan agama.

Suatu ketika Iman Saide ketemu Wali sinjai, wahai syekh, “ajarkan kepadaku tentang sulapa eppa, Berkata syekh, sesungguhnya sulapa eppa itu jalan yang mesti dilalui anak cucu Adam yaitu jalan ke depan, jalan ke belakang, jalan di sebelah kanan dan jalan di sebelah kiri dan dijalan manapun anak cucu Adam berjalan syaitan akan menjumpainya. Akan Tetapi Anakku sesungguhnya Tuhanmu memberimu dua sulapa untuk menghadapinya yaitu sebelah bawah dan atas.

Dalam surat Al A’raf ayat 16-17 berikut ini :

“Iblis menjawab: ‘Karena Engkau telah menghukum saya tersesat, saya benar-benar akan (menghalang-halangi) mereka dari jalan Engkau yang lurus, kemudian saya akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka. Dan Engkau tidak akan men-dapati kebanyakan mereka bersyukur (ta’at).’” (QS. Al A’raf : 16-17).

Dari ayat Al Quran di atas dijelaskan bahwa Iblis akan selalu menghalang-halangi kita dari jalan yang lurus. Caranya, dia akan mendatangi kita dari muka, dari belakang, dari kanan, dan dari kiri kita. Lalu apa maksud dari keempat penjuru itu?.

Dalam tafsir Ibnu Katsir dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan firman Allah SWT dalam surat Al-A’raf ayat 17 di atas adalah :
“Kemudian saya akan mendatangi mereka dari muka”: Iblis akan membuat manusia ragu akan permasalahan akhirat (Min baini Aidihim), “dan dari belakang mereka”: membuat mereka cinta kepada dunia (Wa Min Kholfihim),
“dari kanan”: urusan-urusan agama akan dibuat tidak jelas (Wa ‘An Aimaanihim), “dan dari kiri mereka”: dan manusia akan dibuat tertarik dan senang terhadap kemaksiatan (Wa ‘An Syama’ilihim).


Lalu timbul pertanyaan di benak kita, mengapa iblis tidak mendatangi kita dari atas dan dari bawah kita? Hal tersebut dijelaskan dalam sebuah tafsir Al Qur’an berikut ini :

Al-Fakhrur-Razy dalam tafsirnya berkata: “Diriwayatkan bahwa ketika Iblis mengatakan ucapannya tersebut, maka hati para malaikat menjadi kasihan terhadap manusia mereka berkata: “Wahai Tuhan kami, bagaimana mungkin manusia bisa melepaskan diri dari gangguan syaitan?” Maka Allah berfirman kepada mereka bahwa bagi manusia masih tersisa dua jalan: atas dan bawah, jika manusia mengangkat kedua tangannnya dalam do’a dengan penuh kerendah-hatian atau bersujud dengan dahinya di atas tanah dengan penuh kekhusyu’an, Aku akan mengampuni dosa-dosa mereka” (At-Tafsir Al-Kabir V/215).

Dalam tafsir yang lain juga dikatakan bahwa Iblis tidak mendatangi kita dari atas, karena rahmat turun kepada manusia dari atas (Tafsir Ibnu katsir III/394-395).

Oleh karena itu iman adalah senjata kita. Berdoalah, mari kita berlindung kepada Allah atas segala godaan syaithan yang terkutuk.







Komentar

Postingan populer dari blog ini

Arung Tonra

Kematian

La Mappa Karaeng Rappocini Arung Tonra